Kalimat adalah satuan tata bahasa terbesar yang mengandung predikat dan mengungkapkan sebuah gagasan. Dalam bentuk lisan, ciri kalimat adalah adanya intonasi akhir. Intonasi itu ditandai dengan tinggi rendah nada, panjang pendek durasi, dan keras lembut tekanan, serta disela dengan jeda dan diakhiri intonasi akhir. Intonasi akhir tersebut diikuti oleh kesenyapan untuk menghindari perpaduan, asimilasi bunyi, atau proses fonologis lainnya.
Dalam bentuk tulisan berhuruf Latin, ciri kalimat adalah dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda seru (!), atau tanda tanya (?). Sementara itu, di dalamnya dapat terkandung pula berbagai tanda baca, seperti koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda pisah (–), atau tanda kurung (()). Tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru sepadan dengan intonasi akhir yang disertai kesenyapan, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda.
Hubungan Antarkalimat
Kehadiran suatu kalimat tidak saja dipengaruhi oleh yang mendahuluinya, tetapi juga memengaruhi yang mengikutinya. Oleh karena itu, dalam sebuah wacana (teks) ada kalimat yang hanya terdiri atas satu frasa atau satu kata. Frasa atau kata itu, jika kita lihat dari fungsi sintaktisnya, dapat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Berikut ini kutipan teks yang terdiri atas satu paragraf.
Wilis sendiri masih tercekam rasa berdosa atas tewasnya Satiari. Apakah sekarang dia harus mengulangi melamar Tantriani? Kenapa? la tidak dapat menipu diri sendiri. la membutuhkan reman hidup. Teman bertimbang. [….] Ternyata tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
Teks tersebut terdiri atas tujuh kalimat, dua di antaranya berakhir dengan tanda tanya dan selebihnya berakhir dengan tanda titik. Wacana itu dapat kita urai sebagai berikut.
- Wilis sendiri masih tercekam rasa berdosa atas tewasnya Satiari.
- Apakah sekarang dia harus mengulangi melamar Tantriani?
- Kenapa?
- la tidak dapat menipu diri sendiri.
- la membutuhkan teman hidup.
- Teman bertimbang.
- Ternyata tidak banyak manusia yang mampu tinggai dalam kesendirian.
Seperti tampak di atas, panjang kalimat dapat beragam. Kalimat (1) dan (7), misalnya, terdiri atas sembilan kata, sedangkan (3) hanya terdiri atas satu kata. Tentu saja ada kalimat yang lebih panjang daripada (1) dan (7). Kalimat (2) dan (3) adalah kalimat interogatif dan yang lain adalah deklaratif.
Kalimat (6) merupakan bagian dari kalimat yang lebih lengkap, yaitu (la membutuhkan) teman bertimbang. Dalam wacana tulis sebaiknya kalimat (6) digabungkan dengan kalimat (5) sebagai keterangan tambahan atau penjelasan untuk teman hidup dengan didahului tanda koma: la membutuhkan teman hidup, teman bertimbang.
Unsur-Unsur Kalimat
Secara gramatikal kalimat pada dasarnya terdiri atas unsur subjek dan predikat yang dapat diikuti oleh objek, pelengkap, dan/atau keterangan. Perlu atau tidaknya kehadiran objek, pelengkap, dan/atau keterangan bergantung pada verba yang berfungsi sebagai predikat. Artinya, unsur objek, pelengkap, dan keterangan, pada umumnya, tidak wajib hadir.
Dari segi bentuknya, kalimat adalah konstruksi sintaktis terbesar yang terdiri atas dua, tiga, atau empat unsur.
Kedudukan setiap unsur berbeda-beda. Ada kalimat seperti Ibu pergi ke pasar yang salah satu unsurnya (ke pasar) dapat kita hilangkan, tetapi tetap menghasilkan konstruksi yang berupa kalimat (Ibu pergi). Ada pula kalimat seperti Buku ini membahas pertanian yang salah satu unsurnya (kalimat) tidak dapat kita hilangkan. Jika bagian itu hilang, kalimat itu menjadi tidak berterima (Buku ini membahas).
Hubungan kalimat dengan bagian-bagiannya yang lebih kecil (konstituen-konstituen) bersifat hierarkis.
Contoh 1
Anak itu melempar bola ke lapangan.
Struktur serta hierarki konstituen kalimat di atas dapat kita gambarkan sebagai berikut.

Representasi struktur konstituen seperti itu lazim disebut diagram pohon. Bagian kaimat yang terdapat langsung di bawah suatu konstituen (konstituen 1 dan 2 di atas) merupakan konstituen langsung kalimat tersebut, sedangkan yang tidak terdapat langsung di bawah suatu konstituen merupakan konstituen taklangsung.
Unsur Wajib dan Unsur Takwajib
Kalimat sekurang-kurangnya terdiri atas unsur predikat dan unsur subjek. Kedua unsur itu merupakan unsur yang wajib hadir.
Di samping kedua unsur itu, kadang-kadang ada kata atau kelompok kata yang dapat kita hilangkan tanpa memengaruhi bagian yang tersisa sebagai kalimat, tetapi ada pula yang tidak.
Perhatikan contoh berikut.
Contoh 2
Barangkali mereka menghadiri pertemuan itu kemarin sore.
Kalimat di atas terdiri atas empat unsur, yaitu barangkali, mereka, menghadiri pertemuan itu, dan kemarin sore. Dari keempat unsur itu, unsur barangkali dan kemarin sore dapat kita hilangkan tanpa memengaruhi bagian yang tersisa sebagai kalimat, sedangkan yang lain tidak.
Contoh (1–3) berikut berterima, tetapi contoh (4–6) tidak.
- Mereka menghadiri pertemuan itu kemarin sore.
- Barangkali mereka menghadiri pertemuan itu.
- Mereka menghadiri pertemuan itu.
- menghadiri pertemuan itu
- mereka pertemuan itu
- mereka menghadiri
Berdasarkan uraian di atas, unsur kalimat dapat kita bedakan atas unsur wajib dan unsur takwajib (manasuka). Unsur wajib adalah unsur yang harus hadir, sedangkan unsur takwajib adalah unsur yang dapat tidak hadir. Dengan demikian, bentuk mereka menghadiri pertemuan itu pada kalimat (2) merupakan unsur wajib, sedangkan barangkali dan kemarin sore merupakan unsur takwajib.

Keterangan Wajib dan Takwajib
Pembedaan unsur kalimat atas wajib dan takwajib tidak berkaitan langsung dengan bentuk dan fungsi konstituen kalimat. Pada umumnya, konstituen yang berfungsi sebagai keterangan, seperti barangkali dan kemarin sore pada contoh (2) di atas, dapat kita hilangkan. Namun, harap perhatikan bahwa ada sturktur-struktur tertentu yang mengharuskan hadirnya keterangan. Pada contoh-contoh berikut, unsur keterangan bersifat wajib hadir.
- Mereka berasal dari Banten.
- Dia menuju ke Bogor.
- Mereka berasal.
- Dia menuju.
Dalam hal tertentu ada kemungkinan orang memakai kalimat tanpa menyebutkan keterangannya, tetapi orang mesti mengetahui konteks situasi pemakaiannya. Jika terlepas dari konteks pemakaiannya, orang akan sulit memahami maksudnya.
- Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (PDF)