Kalimat dasar adalah kalimat yang (1) terdiri atas satu klausa, (2) unsur-unsurnya lengkap, (3) susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan (4) tidak mengandung pertanyaan, perintah, seruan, atau pengingkaran. Dengan kata lain, kalimat dasar identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang unsur-unsurnya bersifat wajib dan urutannya paling lazim, yaitu subjek + predikat + (objek) + (pelengkap) + (keterangan) —> S P (O) (Pel) (Ket). Unsur yang berada di dalam tanda kurung (O-Pel-Ket) tidak wajib hadir.
1. Pola Kalimat Dasar
Ada lima fungsi sintaktis yang terlibat dalam pembentukan kalimat. Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaktis itu terisi, tetapi paling tidak harus ada subjek + predikat. Kehadiran konstituen lainnya bergantung pada jenis verba predikatnya.
Contoh 1
- Dia (S) tidur (P).
- Mereka (S) sedang belajar (P) bahasa Inggris (Pel).
- Mahasiswa (S) mengadakan (P) seminar (O).
- Buku itu (S) terletak (P) di meja (Ket).
- Ayah (S) membelikan (P) saya (O) baju (Pel).
- Dia (S) meletakkan (P) uang (O) di atas meja itu (Ket).
Contoh-contoh kalimat dasar di atas masing-masing berawal dengan subjek, lalu berturut-turut predikat, objek, pelengkap, dan keterangan—jika tiga konstituen yang terakhir itu hadir.
Kalau pemakaian bahasa Indonesia kita amati, misalnya dalam suatu teks, akan kita temukan banyak kalimat yang urutan unsurnya berbeda dengan yang tampak pada contoh di atas, terutama yang menyangkut letak keterangan dan/atau letak predikat terhadap subjek kalimat. Keterangan dalam bahasa Indonesia banyak jenisnya dan letaknya dapat berpindah-pindah. Keterangan bisa berada di akhir, di awal, bahkan di tengah kalimat sebagaimana terlihat pada contoh berikut.
Contoh 2
- Dita membeli mangga kemarin.
- Kemarin Dita membeli mangga.
- Dita kemarin membeli mangga.
Di antara ketiga bentuk kalimat dasar di atas hanya kalimat (1) yang mengandung informasi tunggal, yaitu mengungkapkan peristiwa Dita membeli mangga dan itu terjadi kemarin. Kalimat (2) mengandung informasi tambahan bahwa peristiwa Dita membeli mangga itu terjadi kemarin, bukan hari ini atau hari lain. Kalimat yang sama dapat pula menyatakan informasi tambahan bahwa peristiwa membeli mangga itu merupakan salah satu kegiatan Dita kemarin. Informasi tambahan terakhir ini juga terkandung dalam kalimat (3).
Kenyataan lain yang akan tampak jika mengamati suatu teks adalah bahwa banyak kalimat yang predikatnya mendahului subjek kalimat. Kalimat demikian pada umumnya dapat kita ubah susunannya sehingga berpola S-P. Kalimat Tidak banyak (P) orangyang jujur (S) dapat kita ubah menjadi Orang yang jujur (S) tidak banyak (P). Berdasarkan pertimbangan di atas, pola umum kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
S-P-(0)-(Pel)-(K)
- Catatan:
Unsur objek, pelengkap, dan keterangan (yang berada di antara tanda kurung) itu tidak selalu harus hadir dan keterangan dapat lebih dari satu.
Apabila konstituen kalimat dasar yang tidak wajib hadir kita abaikan, dari pola umum itu dapat kita turunkan enam tipe kalimat dasar. Berdasarkan pola urutan unsurnya yang wajib, keenam tipe kalimat dasar itu bisa kita lihat pada tabel berikut.

2. Konstituen Kalimat Dasar
Unsur-unsur kalimat pada tabel di atas tidak memperlihatkan secara jelas hubungan struktural unsur kalimat. Akan tetapi, kalau kita perhatikan kelima tipe kalimat (2–6), tampak bahwa kehadiran objek, pelengkap, atau keterangan wajib itu sangat tergantung pada bentuk dan jenis verba predikat. Verba menjadi pada Dia menjadi ketua koperasi menghasilkan kalimat yang termasuk tipe S-P-Pel, sedangkan verba tinggal pada Kami tinggal di Jakarta menghasilkan kalimat yang termasuk tipe S-P-Ket walaupun kedua verba itu termasuk verba taktransitif.
Dari uraian di atas tampak bahwa verba predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai peranan yang dominan karena menentukan kehadiran konstituen lain dalam kalimat.
Contoh3
- Ayah membeli baju baru. (S P O)
- Ayah membelikan adik saya baju baru. (S P O Pel)
Verba membeli menuntut kehadiran dua konstituen kalimat, yaitu ayah (yang membeli) dan baju baru (yang dibeli). Berbeda dengan membeli, verba membelikan menuntut, paling tidak secara potensial, hadirnya tiga konstituen kalimat, yaitu ayah (yang membeli), baju baru (yang dibeli), dan adik saya (yang dibelikan). Kalimat (2) memang dapat kita tambah dengan konstituen seperti untuk adik saya sehingga terciptalah kalimat (3) berikut.
- Ayah membeli baju baru untuk adik saya. (S-P-O-K)
Akan tetapi, konstituen untuk adik saya tidak dituntut kehadirannya oleh verba membeli, baik secara faktual maupun secara potensial. Hal itu berbeda dengan membelikan. Konstituen untuk adik saya pada kalimat (3) tidak harus ada secara eksplisit asalkan konteks situasi pemakaiannya menentukan bahwa adik saya itulah yang dibelikan baju tersebut sehingga terdapatlah kalimat (4) berikut.
- Ayah membelikan baju baru. (S P Pel)
3. Perluasan Kalimat Dasar
Pada kalimat dasar hanya memuat unsur yang wajib hadir dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, dan kadang-kadang keterangan. Pada kenyataannya, suatu kalimat sering tidak hanya terdiri atas unsur wajib, tetapi juga unsur takwajib. Dari segi struktur, kehadiran unsur takwajib itu memperluas kalimat. Dari segi makna, unsur takwajib itu membuat informasi yang terkandung dalam kalimat menjadi lebih lengkap.
Perluasan kalimat dasar itu dapat kita lakukan dengan penambahan unsur lain yang berupa keterangan, baik aposisi maupun suplementasi. Perluasan kalimat dasar dengan penambahan keterangan berikut ini terbatas pada keterangan yang berupa kata atau frasa.
Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat tidak wajib sehingga memerlukan keterangan sebagai unsur takwajib dalam arti bahwa tanpa keterangan pun kalimat telah mempunyai makna mandiri.
Contoh 4
- Mereka mengusir binatang buas itu.
- Mereka mengusir binatang buas itu di pinggir hutan.
- Usul penelitian itu akan saya kirimkan.
- Usul penelitian itu akan saya kirimkan minggu depan.
Meskipun kalimat (1) dan (3) hanya terdiri atas unsur wajib, dari segi makna kalimat itu telah dapat memberikan makna yang utuh. Pada (1) terdapat sekelompok orang yang mengusir binatang buas. Namun, ada keterangan lain agar beritanya mengandung makna yang lebih lengkap. Pada (2) ada tambahan keterangan tempat peristiwa pengusiran itu, yakni di pinggir hutan. Pada (4) ada tambahan keterangan yang bertalian dengan waktu pengiriman usul itu, yakni minggu depan.
Secara teoretis jumlah keterangan yang dapat kita tambahkan pada kalimat tidak terbatas, tetapi dalam kenyataannya orang akan menghindari jumlah yang berlebihan. Berikut adalah contoh yang memuat beberapa keterangan, yakni keterangan waktu, tempat, dan alat/cara.
- Kemarin mereka menangkap ikan itu di tepi danau dengan jala.
Nomina kemarin menyatakan keterangan waktu, frasa preposisional di tepi danau menyatakan keterangan tempat, dan frasa preposisional dengan jala menyatakan keterangan alat/cara.
Selain dengan berbagai macam keterangan yang merupakan unsur langsungnya, kita juga bisa memperluas kalimat dasar dengan keterangan tambahan, baik berupa aposisi maupun suplementasi. Selain itu, ketika kalimat dasar sudah diperluas dan mengandung pertanyaan, perintah, seruan, atau pengingkaran, ia disebut juga kalimat simpleks.
- Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (PDF)