Kata sapaan digunakan dalam dialog, sedangkan kata acuan digunakan baik di dalam dialog maupun di dalam narasi. Dialog di sini bisa secara langsung (tatap muka), bisa juga melalui media (telepon, radio, televisi, dan lainnya). Penulisan kata sapaan dan kata acuan yang benar sangat penting dalam penulisan fiksi.
Daftar isi
Kata Sapaan
Kata sapaan adalah panggilan kekerabatan yang kita gunakan ketika menyapa kawan bicara sesuai dengan tata krama dan norma berbahasa yang baik. Misalnya, ketika kita berbicara dengan ibu atau kakak kita, kita menggunakan sapaan Bu atau Kak. Dalam kondisi seperti ini sebutan yang kita gunakan untuk menyapa mereka ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
- “Minta uang, dong, Bu.”
(saat berbicara dengan ibu kita) - “Aku ikut, ya, Kak?”
(saat berbicara dengan kakak kita)
Kata sapaan dalam Bahasa Indonesia, di antaranya, adalah sebagai berikut.
- Panggilan kekerabatan:
Bapak/Pak, Ibu/Bu, Ayah/Yah, Bunda/Bun/Nda, Papa/Pa, Mama/Ma, Kakak/Kak, Adik/Dik, Paman/Man/Mang, Bibi/Bi, Kakek/Kek, Nenek/Nek, Pakde, Bulik, Mas, Mbak, Akang/Kang, Teteh/Teh, Abang/Bang, Bung, dll. - Nama:
Arman, Sinta, Al, Laila, dll. - Panggilan formal:
Tuan, Nyonya/Nya, Nona/Non, Paduka, Baginda, Pangeran, Tuan Putri, Bos, Saudara, dll. - Gelar/Jabatan:
Dokter/Dok, Jenderal, Lurah/Rah, Profesor/Prof, Guru, dll. - Julukan:
Kancil, Jagoan, Kutu Buku, Ratu Bucin, Raja Galau, dll.
Sebagaimana terlihat, sebagian kata sapaan di atas memiliki dua bentuk, yaitu bentuk panjang dan bentuk singkat (Bapak/Pak, Ibu/Bu, dan sebagainya). Bentuk singkat kata sapaan itu biasanya kita letakkan di akhir dialog.
Kata Acuan
Kata acuan adalah panggilan kekerabatan yang kita gunakan ketika menyebut seorang tertentu secara tidak langsung. Misalnya, ketika kita berbicara tentang ibu atau kakak kita kepada orang lain, kita akan menggunakan acuan Ibu atau Kakak. Dalam kondisi seperti ini pun sebutan yang kita gunakan untuk mengacu mereka ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
- “Aku sudah minta izin Ibu, tapi Ibu enggak mengizinkan.”
(saat berbicara tentang ibu kita kepada selain dia) - “Tadi aku melihat Kakak jalan sama cewek, lo, Bu.”
(saat berbicara tentang kakak kita kepada selain dia) - “Nanti Adik kuajak juga.”
(saat berbicara tentang adik kita kepada selain dia)
Kata acuan dalam Bahasa Indonesia, di antaranya, adalah:
- Panggilan kekerabatan:
Bapak, Ibu, Ayah, Bunda, Papa, Mama, Kakak, Adik, Paman, Bibi, Kakek, Nenek, Pakde, Bulik, Mas, Mbak, Kang, Abang, Teteh, Bung, dll. - Nama:
Arman, Sinta, Al, Laila, dll. - Panggilan formal:
Tuan, Nyonya, Nona, Paduka, Baginda, Pangeran, Tuan Putri, Bos, Saudara, dll. - Gelar/Jabatan:
Dokter, Jenderal, Lurah, Profesor, Guru, dll. - Julukan:
Kancil, Jagoan, Kutu Buku, Ratu Bucin, Raja Galau, dll.
Sebagaimana terlihat di atas, kata acuan hanya memiliki satu bentuk, yaitu bentuk yang sama dengan bentuk panjang kata sapaan.
Bentuk Kata Sapaan dan Kata Acuan
Pada umumnya, kata sapaan dan kata acuan adalah panggilan kekerabatan yang berupa kata tunggal. Namun, ada juga beberapa kata sapaan atau kata acuan yang berupa kata gabungan.
Misalnya:
- Gabungan kata benda + kata ganti orang:
Kasihku, Cintaku, Tuanku, dll. - Gabungan kata ganti + kata sifat:
Yang Mulia, Yang Maha Esa, dll.
Ketika gabungan kata dengan kata ganti orang digunakan sebagai sapaan, ia ditulis dengan huruf awal kapital, sedangkan ketika digunakan sebagai kata acuan ia ditulis dengan huruf awal kecil—kecuali untuk sapaan dan acuan kepada Tuhan.
Misalnya:
- “Apa yang merisaukanmu, Kekasihku?” (sebagai sapaan)
- Aku berjalan bersama kekasihku. (sebagai acuan)
Penggunaan Khusus untuk Menyebut/Mengacu Tuhan
Kata sapaan dan kata acuan untuk Tuhan banyak menggunakan gabungan kata ganti dengan kata sifat, kata benda, atau kata kerja.
- Gabungan kata ganti + kata sifat:
Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa, dll. - Gabungan kata ganti + kata benda:
Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang, dll. - Gabungan kata ganti + kata kerja:
Yang Menguasai Langit dan Bumi, Yang Membolak-balikkan Hati, dll.
Gabungan Panggilan Kekerabatan dan Kata Ganti Orang
Lalu, bagaimana penulisan panggilan kekerabatan ketika diikuti kata ganti orang: ditulis dengan huruf awal kapital atau tidak?
Gabungan panggilan kekerabatan dengan kata ganti orang tidak kita gunakan sebagai kata sapaan atau kata acuan. Karena itu, gabungan kedua kata ini umumnya ditulis dengan huruf awal kecil.
Demikian juga, ketika tidak digunakan sebagai sapaan atau acuan, panggilan kekerabatan ditulis dengan huruf awal kecil.
Misalnya:
- “Meskipun kita saudara tiri, ibumu adalah ibuku juga.”
- “Tak henti-henti dia merengek meminta jajan kepada mamanya.”
- “Terkadang aku ingin sekali punya ayah seperti ayahmu.”
Meskipun demikian, gabungan panggilan kekerabatan dengan kata ganti orang banyak kita temukan dalam bahasa daerah atau bahasa percakapan. Misalnya: Bapake, Mamake, Mase, Mbake (Jawa), Emaknya (Betawi), Bapana, Emana (Sunda), Abangku, Kakakku, Adikku (dalam pertemanan), dan sebagainya.
Personal Pronomina sebagai Kata Sapaan
Kata sapaan adalah panggilan kekerabatan yang kita gunakan ketika menyapa kawan bicara, sedangkan personal pronomina (kata ganti orang) adalah kata ganti yang menunjukkan kategori persona, seperti saya, ia, kamu, dan mereka. Jadi, personal pronomina berbeda dengan kata sapaan.
Pada dasarnya, orang tidak menggunakan personal pronomina sebagai kata sapaan. Namun, di dalam ragam bahasa nonbaku (percakapan) kata ganti orang kedua kerap kali digunakan juga sebagai kata sapaan. Hal ini terutama kita temukan dalam bahasa percakapan kaum remaja.
Misalnya:
- “Hei, Kamu!”
Selain itu, sering juga kita temukan ungkapan bahasa percakapan yang meletakkan personal pronomina di akhir kalimat sehingga menyerupai posisi kata sapaan.
Misalnya:
- “Mau ke mana kamu?”
- “Ke mana saja kalian?”
- “Bajingan kau!”
Perhatikan bahwa personal pronomina pada contoh-contoh di atas tidak berfungsi sebagai kata sapaan, melainkan sebagai subjek dalam kalimat inversi. Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek (P-S). Jadi, kalau kalimat-kalimat di atas kita analisis unsur-unsurnya, hasilnya sebagai berikut:
- “Mau (P) ke mana (K) kamu (S)?”
- “(Pergi [P]) Ke mana saja (K) kalian (S)?”
- “Bajingan (P) kau (S)!”
Karena itu, kata-kata ganti orang pada kalimat-kalimat di atas tidak didahuui tanda koma dan tidak diawali dengan huruf kapital.
Penulisan Kata Sapaan
Di dalam teks, kata sapaan umumnya terdapat di dalam dialog dan kaidah penulisannya adalah.
- didahului tanda koma,
- diawali huruf kapital, dan
- kata sapaan yang terdiri atas dua kata atau lebih ditulis dengan huruf awal kapital pada setiap katanya.
Contoh:
- “Silakan duduk, Pak.”
- “Mau minum apa, Mas?”
- “Hai, Ratu Bucin!”
- “Kabulkanlah doa kamu, wahai, Yang Menguasai Langit dan Bumi.”