Predikat kalimat adalah unsur kalimat yang menyampaikan informasi tentang subjek. Ia memiliki fungsi sintaksis terpenting dalam kalimat—melebihi subjek—karena predikatlah yang menyampaikan pesan kalimat. Karena itu, predikat bersama subjek saja sudah bisa membentuk kalimat inti yang cukup sebagai medium untuk menyampaikan pesan kepada pendengar atau pembaca.
Ciri Predikat Kalimat
1. Predikat Dapat Dinegasikan dengan Kata tidak atau bukan
Kita dapat menegasikan (mengingkarkan) predikat kalimat menggunakan kata tidak atau bukan. Kata tidak menegasikan predikat berupa verba atau adjektiva, sedangkan kata bukan untuk menegasikan predikat berupa nomina.
- Putri tidak menyanyikan lagu dangdut. (P=V)
- Indra tidak gemar berolahraga. (P=Aj)
- Kakak Indra bukan guru. (P=N)
2. Predikat Berupa Verba Dapat Didahului Keterangan Aspek Waktu
Predikat yang berupa verba dapat didahului kata keterangan aspek waktu, seperti telah, sudah, belum, sedang, tengah, masih, pernah, atau akan.
- Raline belum menyanyikan lagu dangdut.
- Dinda masih menyanyikan lagu dangdut.
- Nufi sedang menyanyikan lagu dangdut.
- Rona akan menyanyikan lagu dangdut.
3. Predikat Kalimat Bisa Mengisyaratkan Makna Jamak
Penggunaan bentuk predikat tertentu bisa mengisyaratkan makna jamak jika subjeknya berupa frasa nominal.
- Pekerja tambang itu berlari. (Tunggal)
- Pekerja tambang itu berlarian. (Jamak)
- Kelelawar itu bergelantung. (Tunggal)
- Kelelawar itu bergelantungan. (Jamak)
Kategori Kata Predikat Kalimat
Dalam bahasa Indonesia, predikat kalimat biasanya berupa verba, frasa verbal, nomina, frasa nominal, adjektiva, dan frasa adjektival. Namun, beberapa kategori kata lainnya pun bisa berkedudukan sebagai predikat.
- Verba (V):
Putri menyanyikan lagu dangdut. - Frasa verbal (FV):
Putri akan menyanyikan lagu dangdut. - Nomina (N):
Kakak Indra guru. - Frasa nominal (FN):
Kakak Indra guru matematika. - Adjektiva (Adj):
Irma cantik. - Frasa adjektival (FAdj):
Indra sangat gemar berolahraga.
Kategori Kata Predikat dalam Bahasa Lisan
Struktur kalimat dengan predikat berupa frasa preposisional, numeralia, dan frasa numeral sering kita temukan dalam ragam bahasa lisan. Namun, struktur seperti itu sebaiknya kita hindari dalam ragam bahasa tulis. Struktur kalimat tersebut melesapkan predikat asli struktur ini (yang berupa verba).
- Putri sulungnya (berada) di kamar. (P=FPre)
- Pak RT (pergi) ke Cirebon. (P=FPre)
- Lelaki itu (berasal) dari Baduy. (P=FPre)
- Adik saya (ada) dua. (P=Num)
- Pesta pernikahannya (berlangsung selama) tiga hari tiga malam. (P=FNum)
Posisi Predikat Kalimat
Predikat kalimat lazimnya berada sesudah subjek sebagaimana pada kalimat-kalimat contoh di atas. Namun, predikat berupa verba transitif pasif terkadang berada sebelum subjek jika di depannya ada keterangan.
- Dalam buku tersebut disebutkan cara menyusun kalimat. (K-P-S)
- Pada rapat tertutup itu ditetapkan tanggal pelaksanaan unjuk rasa menolak Omnibus Law. (K-P-S-Pel)
Kesalahan dalam Penggunaan Predikat
1. Predikat kalimat yang Didahului Kata yang
Jika predikat berupa verba didahului kata yang, predikat tersebut akan hilang, berubah menjadi pewatas subjeknya yang berupa nomina. Agar kalimatnya berterima, terkadang cukup dengan membuang kata yang tersebut, terkadang struktur kalimat perlu kita susun ulang.
- Objek wisata di daerah itu yang menjadi aset wilayah yang harus mereka kelola secara maksimal.
- Pelaku yang tertangkap tangan di Kota Serang menurut berita.
- Objek wisata di daerah itu menjadi aset wilayah yang harus mereka kelola secara maksimal.
- Menurut berita, pelaku tertangkap tangan di Kota Serang.
2. Menggunakan Partikel sebagai Predikat
Penggunaan partikel sebagai predikat akan menghilangkan fungsi predikat sehingga kalimat menjadi cacat. Agar kalimatnya menjadi tepat, partikel tersebut bisa kita ganti dengan kata adalah, ialah, atau itu.
- Ridwan sebagai pemuda yang berani mengakui semua kesalahannya, apa pun kesalahan itu.
- Ati Marliati selaku Wakil Wali Kota Cilegon yang terkenal dengan industri bajanya.
- Ridwan adalah pemuda yang berani mengakui semua kesalahannya, apa pun kesalahan itu.
- Ati Marliati itu Wakil Wali Kota Cilegon yang terkenal dengan industri bajanya.
3. Menggunakan Konjungsi sebagai Predikat
Penggunaan konjungsi sebagai predikat akan menghilangkan fungsi predikat sehingga kalimat menjadi cacat. Struktur ini kerap kita temukan pada kalimat yang subjeknya berupa nomina yang terbentuk dari verba. Nomina turunan verba itu mesti kita urai menjadi subjek dan predikat agar struktur kalimatnya benar.
- Kepergiannya ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.
- Kedatangannya ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian.
- Dia pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.
- Dia datang ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian.
Pada kalimat kepergiannya ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, kata kepergiannya adalah nomina turunan dari verba pergi dan berposisi sebagai subjek. Namun, dalam susunan seperti itu, frasa untuk mencari pekerjaan akan menjadi predikat bagi kata kepergiannya. Jadi, subjek yang pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan bukan pelaku, melainkan kepergiannya. Demikian juga halnya dengan kalimat contoh berikutnya.
4. Menggunakan Turunan Frasa sebagai Predikat
Penggunaan verba turunan dari frasa sebagai predikat akan menghilangkan fungsi predikat sehingga kalimat menjadi cacat. Struktur ini kerap kita temukan pada kalimat yang predikatnya berupa verba yang terbentuk dari frasa preposisional. Agar kalimatnya menjadi tepat, Verba turunan itu mesti kita ganti dengan verba lain yang lebih tepat.
- Bantuan itu diperuntukkan terutama untuk keluarga miskin.
- Soal itu dikedepankan sekali lagi kepada para kepala desa.
- Bantuan itu ditujukan terutama untuk keluarga miskin.
- Soal itu diajukan sekali lagi kepada para kepala desa.
Meskipun bentuk diperuntukkan dan dikedepankan diakui oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia, pada prinsipnya, kata tugas tidak dapat menjadi predikat kalimat. Selain itu, secara morfologis bentuk itu tidak tepat karena kata tugas tidak memiliki makna leksikal. Kata tugas hanya memiliki makna gramatikal, yaitu makna yang ada ketika terhubung dengan kata lain dalam sebuah kalimat.
- Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (PDF)
- Lanin, Ivan. 2010. Rangkuman Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: TSN HPI 2010. (PDF)
- Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 2014. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Kalimat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (PDF)