Subjek kalimat atau pokok kalimat adalah unsur kalimat yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah kalimat. Namun, meskipun sering berada di awal kalimat, subjek memiliki fungsi sintaksis penting kedua setelah predikat. Predikat memiliki fungsi sintaksis terpenting pertama karena predikatlah yang memuat pesan utama yang hendak orang komunikasikan dalam sebuah kalimat.
Ciri Subjek Kalimat
Kita bisa mengetahui subjek kalimat dengan menggunakan kata tanya siapa atau apa. Jika memang ada subjeknya, kata tanya siapa akan menemukan subjek berupa orang atau sesuatu yang bernyawa, sedangkan kata tanya apa akan menemukan subjek berupa benda atau sesuatu yang tidak bernyawa.
- Karim menulis surat pagi tadi. (Siapa?)
- Kecantikan Mirna terkenal hingga ke luar negeri. (Apa?)
Salah satu ciri subjek adalah bisa diikuti kata tunjuk itu atau kopula adalah.
- Hidup itu penuh perjuangan.
- Bu Irma adalah guru fisika.
Kategori Kata Subjek
Dalam bahasa Indonesia, subjek kalimat biasanya berupa nomina atau frasa nominal, termasuk nama orang. Namun, beberapa kategori kata lainnya pun bisa saja berfungsi sebagai subjek.
- Nomina (N):
Banteng itu mengamuk. - Frasa nominal (FN):
Provinsi Banten berulang tahun. - Klausa (Kl):
Jaka mau mencuci piring itu sebuah keajaiban. - Verba (V):
Mencuri adalah perbuatan tercela. - Frasa verbal (FV):
Meminum air jernih baik untuk kesehatan. - Adjektiva (Adj):
Pintar tidak selalu berarti benar. - Frasa adjektival (FAdj):
Cantik dan awet muda adalah idaman kebanyakan wanita.
Ketika verba atau frasa verbal berfungsi sebagai subjek, kata atau frasa tersebut mengalami nominalisasi atau pembendaan, yaitu berperilaku sebagai nomina. Penggunaan subjek berupa verba, frasa verbal, adjektiva, dan frasa adjektival banyak kita temukan dalam ungkapan-ungkapan peringatan atau petunjuk perilaku, seperti beberapa contoh berikut.
- Merokok dapat mengakibatkan kanker.
- Memberi lebih baik daripada menerima.
- Bersikap toleran penting bagi kerukunan masyarakat.
- Pintar saja tidak cukup.
- Tulus dan ikhlas adalah sifat-sifat terpuji.
Posisi Subjek Kalimat
Pada umumnya, subjek kalimat berada sebelum predikat.
- Singa itu hewan karnivora.
- Bu Irma adalah guru fisika.
- Bapak saya dokter.
- Provinsi Banten berulang tahun.
- Memberi lebih baik daripada menerima.
- Bersikap toleran penting bagi kerukunan bermasyarakat.
- Meminum air jernih itu menyehatkan.
- Cantik itu anugerah.
- Cantik dan awet muda adalah idaman kebanyakan wanita.
- Pandai membaca perilaku konsumen amat penting dalam bidang pemasaran.
Jika unsurnya lebih panjang daripada predikatnya, subjek kalimat lebih umum berada sesudah predikat.
Kalimat dengan struktur seperti ini (P-S) adalah kalimat inversi atau klausa inversi.
Bandingkan pasangan kalimat berstruktur P-S dan S-P di bawah ini.
- (a) Tidak banyak manusia yang mampu hidup sendirian. (P-S) (Lebih umum)
- (b) Manusia yang mampu hidup sendirian tidak banyak. (S-P)
- (a) Ada polisi yang mendatangi saya. (P-S) (Lebih umum)
- (b) Polisi yang mendatangi saya ada. (S-P)
- (a) Sangat jarang kalimat yang predikatnya berada di depan. (P-S) (Lebih umum)
- (b) Kalimat yang predikatnya berada di depan sangat jarang. (S-P)
Pada kalimat pasif yang didahului keterangan, subjek kalimat berada sesudah predikat.
Predikat kalimat tersebut biasanya berawalan di– atau ter-. Struktur kalimatnya K-P-S atau K-P-S-Pel.
- Dalam buku tersebut diuraikan cara menyusun kalimat. (K-P-S)
- Di dalam kontrak itu tercantum jumlah yang harus dia bayar. (K-P-S)
- Pada rapat tertutup itu ditetapkan tanggal pelaksanaan unjuk rasa menolak Omnibus Law. (K-P-S-Pel)
Subjek Kalimat Perintah atau Larangan
Subjek kalimat perintah atau larangan adalah orang kedua tunggal dan jamak atau orang pertama jamak. Pada kalimat perintah atau larangan, subjek tidak disebutkan.
- Tolong (kau) salin dokumen ini.
- Jangan (kalian) ribut di sini!
- Mari (kita) lanjutkan!
Subjek Tidak Selalu Sama dengan Pelaku
Dalam analisis kalimat, subjek adalah fungsi, sedangkan pelaku atau aktor adalah peran. Hal ini terlihat jelas jika kita bandingkan kalimat aktif dan kalimat pasif. Misalnya, anjing menggigit kucing dan kucing digigit anjing memiliki pelaku/aktor yang sama, yaitu anjing, tetapi subjek kedua kalimat itu berbeda. Pada kalimat anjing menggigit kucing, subjeknya anjing (dan pelakunya pun anjing), sedangkan pada kalimat kucing digigit anjing, subjeknya adalah kucing (tetapi pelakunya adalah anjing).
- Anjing menggigit kucing.
(Subjek: anjing. Pelaku: anjing) - Kucing digigit anjing.
(Subjek: kucing. Pelaku: anjing)
Subjek Kalimat Aktif Menjadi Pelengkap pada Kalimat Pasif
Subjek pada kalimat transitif aktif akan berubah menjadi pelengkap kalau kalimatnya berubah menjadi kalimat pasif.
- Mirna (S) menolak cintaku.
- Cintaku ditolak Mirna (Pel).
Subjek Kalimat Tidak Dapat Didahului Preposisi
Subjek tidak dapat didahului kata depan atau preposisi, seperti di, dalam, bagi, kepada, dari, dengan, atau untuk. Ia akan berubah menjadi keterangan kalau ada preposisi di depannya.
- Pada berita media massa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. (K-P-O-Pel)
- Dalam ucapannya mengandung kebijaksanaan. (K-P-O)
- Menurut para ahli mengatakan tindakan penjebakan itu justru melanggar hukum. (K-P-O[Kl])
Sebagaimana terlihat di atas, penambahan preposisi di depan subjek akan mengubah subjeknya dari nomina menjadi frasa preposisional. Frasa preposisional tidak bisa berfungsi sebagai subjek, tetapi justru mengubah subjeknya menjadi keterangan. Susunan kalimat seperti ini tidak termasuk kalimat efektif.
Struktur kalimat yang terbentuk menjadi K-P-O-Pel, tidak ada subjek (S), sedangkan struktur kalimat K-P-O atau K-P-O-Pel tidak ada dalam bahasa Indonesia. Untuk menghasilkan struktur kalimat yang benar, preposisi di depan kalimat-kalimat contoh di atas mesti kita buang menjadi seperti berikut ini.
- Berita media massa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. (S-P-O-Pel)
- Ucapannya mengandung kebijaksanaan. (S-P-O)
- Para ahli mengatakan tindakan penjebakan itu justru melanggar hukum. (S-P-O[Kl])
Jika kata tugas di depan subjek hendak kita pertahankan, struktur kalimatnya bisa juga kita betulkan dengan mengubah verbanya dari aktif (meng-) menjadi pasif (di– atau ter-). Namun, pengubahan bentuk verba ini tidak selalu bisa berlaku, terutama jika subjeknya berupa frasa verbal dan objek kalimatnya berupa klausa. Pada struktur ini, predikatnya sebaiknya kita buang saja sehingga klausanya menjadi inti kalimat.
- Pada berita media massa digunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. (K-P-S-Pel)
- Dengan peraturan itu diberikan kemudahan kepada masyarakat perdesaan. (K-P-S-Pel)
- Dalam ucapannya terkandung kebijaksanaan. (K-P-S)
- Menurut para ahli, tindakan penjebakan itu justru melanggar hukum. (K-S-P-O)
Kalimat Cacat karena Bersubjek Ganda
Kerap kali juga kita temukan kalimat cacat karena memiliki subjek ganda. Biasanya, subjek kalimat menjadi ganda karena muncul lagi sebagai kata ganti (pronomina) pada predikatnya. Kalimat tersebut mesti kita susun ulang dengan menghilangkan salah satu subjeknya. agar strukturnya menjadi benar.
- Para demonstran penolak Omnibus Law tuntutannya sudah mereka sampaikan kepada Gubernur. (S-S-P-Pel)
- Daerah Kabupaten Tangerang kerajinannya sudah diekspor ke mancanegara. (S-S-P-Pel)
- Para demonstran penolak Omnibus Law sudah menyampaikan tuntutan mereka kepada Gubernur. (S-P-O-Pel)
- Kerajinan daerah Kabupaten Tangerang sudah diekspor ke mancanegara. (S-P-O-Pel)
- Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (PDF)
- Lanin, Ivan. 2010. Rangkuman Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: TSN HPI 2010. (PDF)
- Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 2014. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Kalimat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (PDF)